Cerpen Bokeh Gemezz

 Intan , intan, kesini kamu nak …. intan segera dating. Dia pasti tahu bahwa akan dipanggil, dan sekarang dia benar-benar merasa berarti. Bapakmu ingin bertemu dan berbincang-bincang. Sekalian kamu suapi bapak ya, itu buburnya ada di meja. Empingnya jangan dikasih banyak-banyak nanti asam urat bapakmu naik. Inget ya, “aku melangkah keluar kamar. cerita Bokeh Gemez

Suamiku memanggilku dengan nada lemah. Aku pura-pura tidak mendengarnya.

‘bu, disini saja, ibu boleh ikut mendengar kok’ intan berlagak mempersilahkan aku ikut nimbrung.

‘ndak, ibu tak manasin mangut dulu. Nanti ndak gosong. Udah sana ladeni bapakmu dulu. Yah..? kataku sambil tersenyum bijaksana kepada intan.

Huh, basa bai!

Aku kembali ke pawon, mengawasi masakan mangutyang sedang dipanaskan. Cerita Bokeh Gemezz. Takut gosong. Aku duduk di dingklik kecil dekat kompor. Panasnya terasa sampai kewajahku. Biarlah, aku ingin menangis. Tapi percuma saja. Mas paijo tidak akan melihatku. Tidak akan mengubah apa-apa, jika dia tidak mendapatiku menangis diam-diam. Mas paijo sangan berjiwa pejuang, pahlawan, jiwa laki-laki. Laki-laki kan selalu merasa jiwa pahlawan adalah miliknya. Suamiku ini sangat merasa bahwa bahwa didirinya kuat jiwa kelaki-lakiannya. Semua hal yang dia lakukan diukur dengan ukuran laki-laki.  Nilai laki-laki. Dia merasa standar dirinya adalah sebagai lelaki yang terhebat diantara para lelaki. Lihat saja, dia tidak pernah menangis. Menangis itu nilai ukur yang ada diperempuan. Dipikirannya, perempuan hebat adalah yang kuat mirip laki-laki. Yang tidak menangis. Aku ini perempuan hebat yang seperti diharapkannya.

Saat mulai berada ditempat tidur, dia akan banyak bercerita tentang hasil perjuangan dari kegiatan sehari-harinya. Aku kemudian menciumnya dan berkata berulang-ulang, ‘aku bangga mas, aku bangga sama kamu. Iya mas. Aku bangga sekali jadi istri mas.

Sepenggal kisah seorang istri yang begitu tegar dalam memalui bahtera rumah tangga. Lanjut membaca jangan lupa. Cerita Bokeh Gemezz